Jumat, 17 April 2009

pertamina ganti bahan baku minyak

Pertamina Ganti Jenis Minyak untuk Bahan baku 

 Mengantisipasi harga minyak mentah jenis sweet yang semakin tinggi, PT Pertamina akan beralih ke minyak jenis sour yang harganya lebih rendah. Perubahan konfigurasi akan dilakukan agar kilang-kilang Pertamina bisa mengolah minyak jenis sour.

Direktur Pengolahan Pertamina Suroso Atmomartoyo, Kamis (28/6) di Balikpapan, mengemukakan, program modifikasi pertama akan dilakukan untuk Kilang Balikpapan.

Kilang berkapasitas 260.000 barrel itu ditargetkan bisa mengolah minyak mentah jenis sweet pada tahun 2012.

Investasi yang diperlukan untuk pengubahan spesifikasi kilang itu mencapai 3,7 miliar dollar AS. Skema pendanaan proyek masih dalam perencanaan.

Suroso mengatakan, pengubahan jenis minyak mentah ini diharapkan bisa meningkatkan keekonomian kilang. Dari tujuh kilang yang dimiliki Pertamina, hanya Kilang Cilacap yang didesain untuk mengolah minyak mentah jenis sweet. Minyak mentah jenis ini memiliki kualitas terbaik di antara jenis-jenis minyak, terutama untuk menghasilkan produk bahan bakar jenis premium.

Dengan kualitas terbaik itu, minyak jenis sweet paling diminati di seluruh dunia. Akibatnya, harga minyak jenis ini pun menjadi tinggi.

"Perbedaannya dengan minyak jenis sour sekitar 14-15 dollar AS per barrel. Karenanya banyak peminatnya. Kami jadi khawatir atas jaminan kepastian suplai ke depan," kata Suroso.

Sementara kualitas minyak jenis sour lebih rendah karena kandungan sulfurnya tinggi. Namun, kekurangan itu bisa diatasi dengan teknologi pengolahan yang tepat.

Untuk mengolah minyak jenis sour, kilang harus dibangun dari struktur besi yang tahan asam. Kilang yang menggunakan bahan baku minyak mentah jenis sour bisa menekan biaya produksi.

"Sebagian besar kilang-kilang di Singapura menggunakan minyak mentah jenis sour, makanya produk BBM yang dihasilkan bisa lebih murah daripada kita," kata Suroso.

Tidak heran marjin kilang di Singapura bisa mencapai 15-16 dollar AS per barrel. Sementara marjin kilang Pertamina paling tinggi 13 dollar AS per barrel.

Sekitar 40 persen pasokan (feedstock) kilang-kilang dalam negeri berasal dari impor. Indonesia antara lain mengimpor minyak Arab Saudi, Libya, Sudan, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Vietnam. Impor minyak mencapai 400.000 barrel per hari.

Dalam upaya untuk memperbaiki kinerja kilang yang dimiliki, Pertamina telah menyiapkan program jangka panjang. Menurut Suroso, Pertamina menargetkan tahun 2009-2011 harga pokok produksi kilang sudah di bawah harga Mean Oil Platts Singapore (MOPS).

Saat ini harga penjualan kilang masih di bawah MOPS. Kerugian Pertamina ditutup dengan marjin keuntungan (alfa) dari pemerintah untuk BBM subsidi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar